Mewujudkan Pendidikan Holistik-Integratif di Indonesia
I.
Pendahuluan
Menjadi guru
adalah pekerjaan yang sungguh mulia. Ia bertanggung jawab tidak hanya
menjadikan para anak manusia pandai di bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga
bermoral baik dalam kehidupan ini. Seorang anak manusia yang pada mulanya tidak
mengerti apa-apa, di hadapan seorang guru dididik untuk memahami kehidupan
secara lebih baik dan mengenal dunia. Di pundaknyalah ada tugas dan tanggung
jawab keberlangsungan masa depan generasi yang lebih cerdas dan berperadaban.
Kecerdasan ini
harus dikembangkan kepada anak didik, agar anak didik dapat tumbuh menjadi
manusia yang cerdas dan siap menghadapi setiap tantangan dimasa yang akan
datang. Di antara kecerdasan itu ialah pertama Intelligence Quotient (IQ),
kedua Emotional Quotient (EQ), ketiga Spiritual Quotient (SQ).
Pendidikan
sering disebut sebagai investasi sumber daya manusia, dan sebagai modal sosial
seseorang. Sehingga, pendidikan tidak akan mungkin selesai, tetapi
berkelanjutan. Jadi, membicarakan pendidikan adalah membicarakan masa depan.
Dan masa depan selalu mengalami perubahan yang luar biasa. Ahli pendidikan masa depan, Alvin Tovler, menegaskan bahwa pendidikan terkait dengan perkembangan masa depan.
Dan masa depan selalu mengalami perubahan yang luar biasa. Ahli pendidikan masa depan, Alvin Tovler, menegaskan bahwa pendidikan terkait dengan perkembangan masa depan.
Selaras dengan
itu, bahwa seiring dengan perkembangan yang begitu pesat dan cepat tentang
pendidikan. Maka, paradigma pendidikan juga seharusnya sudah mulai berubah,
yang berjalan dan berlaku selama ini yaitu paradigma Parsial, Segmentatif, dan
Sektoral. Selayaknya berubah menjadi paradigma Holistik, Integratif dan
berkelanjutan, demi terwujudnya pendidikan yang terpadu dan menyeluruh.
II.
Pembahasan
Pendidikan di
Indonesia selama ini menganut paradigma Parsial, Segmentatif, dan Sektoral.
Kemudian dalam masa sekarang mulai di berlakukan pendidikan secara
Holistik-Integratif. Berikut sekilas tentang pengertian Holistik-Integratif.
Ø Holistik yaitu pendidikan yang membantu peserta didik dalam
mengembangkan seluruh potensinya dalam
suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan, demokratis dan humanis
melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik
diharapkan menjadi dirinya sendiri (Learning to be).
Ø Integratif yaitu proses
pengajaran menjadi lebih kompleks, menyeluruh, menitikberatkan komponen
internal dan external, mulai dari materi, metode, media, penilaian sampai pada
SDM (guru, orang tua, masyarakat).
Sedikit dari pengertian di atas, dapat di amati
bahwa Pendidikan Holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spiritual. Proses pembelajaran
menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajran holistik, diantaranya: menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; prosedur pembelajaran yang fleksibel; pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, pembelajaran yang bermakna, dan pembelajaran yang melibatkan komunitas dimana individu berada.
Kiprah pendidikan
Holistik-Integratif
a. Pendidikan Holistik-Integratif di
Indonesia
“Otonomi
Sekolah” saat ini sedang dikembangkan konsep pendidikan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004 melalui penerapan model “Pendidikan Holistik Berbasis
Karakter”. Model ini ialah pendidikan secara eksplisit ditujukan untuk
mengembangkan seluruh dimensi manusia, yaitu akademik (kognitif), emosi,
sosial, spiritual, motorik, dan kreatifitas. Konsep pendidikan ini sudah menjadi
tren pembaruan sistem pendidikan yang dianggap cocok untuk abad ke-21.
Reformasi pendidikan, misal di Jepang ada tiga kalimat kunci yang disebut,
yaitu kokoro-no-kyoiku (pendidikan untuk hati, jiwa, atau kedirian
manusia), sogo-gakushyu (pembelajaran holistik), dan tokushyoku,
koesika (keunikan masing-masing sekolah dan masing-masing individu).
Sebetulnya,
kalau kita serius menjalankan amanat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3,
konsep pendidikan yang harus dijalankan adalah holistik atau membangun
karakter, karena :
”Bertujuan untuk berkembangya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Kebijakan
KBK 2004 misalnya, sebenarnya sudah ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Namun dalam kenyataan yang terjadi saat ini di Indonesia ialah tidak
menjalankan amanat tersebut di atas serta tidak menggunakan metode-metode dan
model-model yang tepat untuk mewujudkan poin-poin tujuan tersebut. Misalnya,
dalam proses pembelajaran, kelas yang sunyi di mana siswa duduk pasif dengan
menyimak dan mencatat selalu dianggap suasana kelas yang baik. Padahal suasana
kelas seperti itu akan membuat siswa bosan, dan proses belajar menjadi tidak
efektif. Itulah yang masih banyak terjadi di Indonesia saat ini.
b. Pendidikan
Holistik-Integratif bernuansa Nusantara yang dicita-citakan
Sistem
pendidikan seperti apakah yang cocok diterapkan di Indonesia ini?
Pendidiakn Holistik-Integratif adalah pendidikan yang bertujuan
memberi kebebasan siswa didik untuk mengembangkan diri secara intelektual,
serta memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan dan mensatukan
antara materi pelajaran yang selama ini abstrak di awang-awang dijadikan
konkret dan relevan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta manusia
Indonesia berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara, Bapak
Pendidikan Nasional : “ Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir dan
bathin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan
diri.”
Bila
sekarang Pendidikan Barat sudah giat-giatnya memperkenalkan istilah PQ, IQ, EQ,
SQ, budaya Nusantara masih sibuk mengenalkan istilah “Sembah Raga, Sembah
Rasa, dan Sembah Cipta” yang dipetik dari karya agung Kitab
Wedhatama karya KGPA Mangkunegara IV sejak abad ke-19. Yang hanya membuat siswa
pasif, monoton, dan tidak membuat siswa menjadi semangat dalam belajar.
Indonesia
seharusnya hanya perlu mengembangkan system pendidikan nasional yang mampu
membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya. Salah satunya adalah Pelajaran
Budi Pekerti seperti yang pernah diterapkan dalam kurikulum nasional oleh Bapak
Ki Hajar Dewantara, pendiri Perguruan Taman Siswa, yang berprinsip Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.
c. Pendidikan
Holistik-Integratif di Sekolah Dasar
Pembelajaran
Holistik-Integratif sangat erat hubungannya dengan metode cooperative
learning. Alasan utamanya ialah karena strategi pembelajaran ini sangat
mengutamakan para siswa sebagai subyek pembelajaran (student oriented).
Model pembelajaran ini akan dapat memberikan nuansa baru dalam pelaksanaan
pembelajaran yang diampu oleh guru.
Peran
guru hanya sebagai fasilitator, moderator, organisator, dan mediator terlihat
jelas. Dan guru juga harus pandai dalam membelajarkan siswa dengan memadukan
berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran. Inti dari pembelajarannya ialah
agar siswa memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi lainya, antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain (terintegrasi).
Dari
sedikit gambaran diatas bahwa pendidikan holistik-integratif ini diharapkan mulai terlaksana sejak siswa
masih berusia awal (PAUD & SD). Dengan demikian, akar pembelajaran akan
semakin kuat dan berbuah manis kelak mereka dewasa. Dalam mewujudkan semua itu,
maka faktor utama adalah guru, guru harus bertanggung jawab penuh dalam
mewujudkan aspek-aspek yang tercantum dalam pendidikan Holistik-Integratif.
Yaitu dengan cara :
·
Guru
harus diberikan training sebelum melaksanakan pembelajaran disekolah. Dengan
tujuan membentuk guru menjadi ramah, penyayang, dapat memotivasi dan mencintai
siswa secara tulus.
·
Guru
dalam proses pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan
seluruh potensi yang ada (aspek emosi, sosial, kreativitas, dan spiritual).
·
Guru
bisa membentuk karakter siswa melalui pengembangan 9 pilar karakter secara
intensif. Yaitu meliputi aspek mengetahui, mencintai dan melakukan kebaikan (knowing,
loving, and acting the good)
·
Guru
memberikan pengalaman belajar yang konkrit, kontekstual dan merangsang siswa
belajar aktif, menyenangkan dan tanpa beban.
·
Guru
memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa untuk melakukan kegiatan
belajar nyata (hands-on activities, seperti misalnya kegiatan
matematika, sains, memasak, berkebun)
Dengan
demikian, bila diterapkan disekolah jenjang dasar (PAUD/SD) maka akan muncul
pembelajaran secara Holistik-Integratif, serta membuat siswa lebih demokratis
dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya, dan
siswa akan menjadi dirinya sendiri (learning to be).
III.
Penutup
Pendidikan
holistik merupakan pendidikan yang mengintegrasikan segala aspek dan
nilai-nilai dalam pendidikan (Holistik-Integratif) seperti nilai moral, etis,
religius, psikologis, filosofis, dan sosial dalam kesatuan denagn manusianya
secara keseluruhan utuh antara jiwa dan badan, material dan spiritual. Baik
guru maupun siswa adalah para manusia yang secara utuh juga meliputi badan dan
jiwa, aspek individualitas dan sosial yang tak terpisah satu sama lain (saling
berintegrasi).
Kita
harus menciptakan integrated curriculum (pengintegrasian antar mata
pelajaran), pembekalan ilmu mendidik yang bersaing, pendidikan yang bersih dan
sehat; anti kekerasan, pelecehan, korupsi, manipulasi dan rekayasa sehingga
hasil pendidikan adalah manusia-manusia yang mandiri, berpengetahuan, terampil,
dan religius. Kecerdasan intelektual, spiritual dan sosial adalah mutlak dalam
pencapaian tujuan pendidikan Holistik-Integratif. Bukan hanya mewujudkan
generasi yang cerdas, terampil dan siap pakai, tetapi juga generasi religius
yang akan benar-benar mampu menjadi manusia seutuhnya.
Daftar Pustaka
Nanik
Rubiyanto, M.Pd. & Dany Haryanto, S.S., Strategi Pembelajaran Holistik
Di Sekolah, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2010
Lucky 88 Casino Hotel, S. Marksville, MS - MapyRO
BalasHapusGet directions, reviews and 전주 출장샵 information for 경상남도 출장마사지 Lucky 88 제주 출장샵 Casino Hotel 창원 출장안마 in Marksville, 과천 출장마사지 MS. Book now - online with real traveler reviews,